5 Tips Agar Rekaman Gitar Akustikmu Berkualitas
Jika
berbicara mengenai musik pop, teman-teman pasti sudah mempunyai banyak
referensi lagu bergenre Pop. Banyak yang menggemari jenis musik ini karena bisa
dikatakan jenis musik ini tidak ‘seribet’ musik Klasik atau musik Jazz. Sangat berbeda
dengan musik-musik klasik yang terlalu banyak macam teorinya atau musik Jazz
yang akor-akornya sangat sulit dimengerti. Oleh karena itu musik Pop lebih
banyak disenangi oleh masyarakat.
Mengapa musik Pop tidak seribet jenis musik lain? Ya, karena progresi akornya yang cenderung sederhana dan hampir semua musisi/penyanyi bergenre musik Pop menerapkan hal ini dalam menciptakan lagunya.
Pada artikel sebelumnya yang berjudul “Menciptakan lagu, Lirik atau Musik dulu?” tim penulis Fisella sudah membahas apa yang harus kita persiapkan jika ingin menciptakan lagu. Selanjutnya dalam artikel ini untuk melanjutkan pembahasan kita jika menciptakan lagu dari musik terlebih dahulu, apa yang harus kita persiapkan?! Ya mudah saja, cukup persiapkan minimal 4 akor!
Lalu
pertanyaan yang muncul berikutnya,
Bagaimana bisa dengan 4 akor kita sudah bisa menciptakan banyak lagu?
Sebagai produk hibrida musik film terbentuk dari dua konstruksi yakni musik dan film, sehingga upaya pemahamannya perlu dilakukan dengan cara memahami musik film sebagai musik, dan memahami musik musik film sebagai bagaian dari naratif film.
Musik film dipahami dari konstruksi musiknya, tidak jauh berbeda dengan memahami musik secara umum karena bagaimanapun musik film tetaplah musik. Musik selalu memiliki makna atau arti yang terkandung melalui struktur dan bentuk musiknya. Lebih lanjut, musik dapat dipahami dengan cara memahami bagian-bagian dasar dari musik itu sendiri. Sebagai contoh, dalam musik Barat tonalitas menjadi hal yang penting dalam struktur musik. Tonalitas dapat didefinisikan dengan sebuah sistem nada (sering disebut tangga nada). Unsur lainnya seperti melodi, harmoni, ritmis, tempo, dinamik, timbre, instrumentasi, juga sangat penting dalam karya musik Barat. Unsur-unsur inilah yang akhirnya membentuk musik secara utuh dan dapat dipahami oleh audiens. Meskipun begitu, musik Barat hanyalah contoh. Musik dengan jenis lain atau berasal dari daerah lain mungkin memiliki unsur musik yang berbeda juga.
Film sendiri adalah sebuah karya naratif. Film berkembang dari seni bercerita. Musik film dapat bekerja dengan beberapa cara untuk menguatkan gambar, yakni berjalan paralel (menguatkan gambar), atau secara kontrapung (kontradiksi dengan gambar). Pada dasarnya gambar sudah memiliki makna tersendiri, dan musik berfungsi untuk memodifikasi makna tersebut dengan beberapa cara. Gambar sejatinya memiliki makna yang jelas dan stabil, namun hal itu mungkin berubah ketika sampai pada penonton. Penonton dapat mengartikan gambar ke berbagai makna (multiple interpretation) sehingga makna gambar yang tadinya jelas, justru menjadi ambigu dan kabur ketika sampai ke penonton.
Sebagai contoh ketika ada sebuah adegan yang menunjukkan sang aktor tersenyum tanpa ada musik apapun, penonton dapat mengartikan adegan tersebut setidaknya ke dalah dua hal. Pertama, sang aktor sedang bahagia atau yang kedua, sang aktor sedang berpikir licik dan memiliki rencana jahat. Makna dari adegan ini tentu saja dapat diperjelas dengan menggunakan musik. Saat sang aktor tersenyum dan musik terdengar bahagia, maka akan sangat mudah untuk penonton mengartikan adegan tersebut. Musik film bekerja dengan satu tujuan, yakni menguatkan satu makna dari berbagai kemungkinan makna yang ada. Musik mempengaruhi emosi sehingga penonton dapat lebih mudah menangkap makna yang diinginkan oleh pembuat film.
Meskipun musik film seringkali memiliki konstruksi naratif, namun terdapat juga musik yang hanya berfungsi sebagai tambahan dalam film. Jika fungsi musik hanya sebagai tambahan, musik tidak berperan untuk menguatkan makna gambar atau menggiring interpretasi penonton ke dalam suatu makna. Musik sebagai tambahan dalam film memiliki fungsi seperti menyambungkan gambar-gambar yang terputus. Transisi antara masa sekarang dan masa lalu (adegan flashback) biasanya menggunakan fungsi musik yang satu ini, sehingga satu gambar dengan gambar yang lain tetap tersambung dengan baik.
Pencinta film musikal pasti tidak asing lagi dengan film yang bejudul ‘High School Musical’. Film bertemakan kisah-kasih anak sekolahan yang berjuang untuk masuk ke perguruan tinggi yang sesuai dengan impiannya di masa depan ini, merupakan salah satu produksi Disney Channel Original Movie (Film original Disney Channel) yang ditayangkan di Disney Channel.
Anda pasti sudah tahu orkestra. Orkestra adalah kelompok pemusik yang bermain bersama. Umumnya kita temui bermain dalam ruang besar tertutup seperti aula konser, tapi tidak menutup kemungkinan untuk bermain di ruang terbuka. Kebanyakan karya yang mereka mainkan umumnya musik klasik yang kemudian dipimpin oleh seseorang yang sering kita sebut sebagai pengaba, dirigen, atau konduktor yang berdiri memimpin di tengah mereka semua. Tapi, apakah Anda sudah berkenalan dengan semua alat musik (kita akan sebut sebagai instrumen musik atau instrumen) yang membuat bunyi orkestra yang kita kenal saat ini? Artikel ini akan mengajak Anda mengenal lebih dekat instrumen musik yang mengisi orkestra.
Benjamin Britten, seorang komponis berkebangsaan Inggris, membuat satu karya orkestra yang ditujukan untuk mengenalkan instrumen musik yang umumnya ditemukan dalam orkestra. Karya ini berjudul The Young Person’s Guide to the Orchestra atau bisa diartikan sebagai “Panduan tentang Orkestra untuk Anak Muda”. Karya yang diciptakan pada tahun 1945 ini memiliki judul alternatif Variations and Fugue on a Theme of Purcell atau Variasi dan Tema dari Tema Purcell.
Karya ini didasarkan pada melodi yang Britten ambil dari salah satu karya komposer pendahulunya yang juga berkebangsaan Inggris, Henry Purcell (1659-1695), Abdelazer. Melodi ini dikembangkan bentuknya sedemikian rupa yang kemudian dimainkan oleh semua instrumen bergiliran.
Pada awal karya, kita akan diperkenalkan dengan melodi utama dalam karya ini atau sering disebut sebagai tema utama. Semua instrumen akan dimainkan yang akan menunjukkan bunyi orkestra secara keseluruhan. Kemudian kita akan diperkenalkan bunyi dari masing-masing kelompok instrumen dalam orkestra. Orkestra secara umum dikelompokkan menjadi 4 kelompok atau seksi (section), antara lain instrumen tiup kayu (woodwind), tiup logam (brass), gesek atau bersenar (strings), dan perkusi (percussion). Setelah diperdengarkan semua bunyi dari masing-masing kelompok, kita akan kembali mendengar tema utama dalam bentuk orkestra penuh.
Setelah kita mendengar bunyi orkestra dalam bentuk tutti (semua instrumen bermain) dan per seksinya, kita akan mendengar suara dari masing-masing instrumen mulai dari kelompok tiup kayu atau woodwind berurutan dari instrumen yang memiliki nada paling tinggi menuju yang paling rendah.
Instrumen pertama yang akan kita dengar adalah satu piccolo dan dua flute.
Selanjutnya kita akan mendengar instrumen oboe yang memiliki kesan sedih dan melankolis dari bunyinya yang tajam.
Selanjutnya, kita akan mendengar instrumen clarinet. Clarinet dapat bermain dengan perubahan nada yang cepat. Clarinet memiliki bunyi yang lembut.
Bassoon adalah instrumen yang paling besar dan paling rendah diantara kelompok woodwind.
Selanjutnya kita akan beralih ke kelompok string atau gesek. Violin atau biola merupakan instrumen yang rentang nadanya paling tinggi dalam kelompok string. Umumnya, violin sering dibagi kembali menjadi 2 divisi. Hampir instrumen dalam kelompok strings kecuali harpa mengeluarkan bunyi menggunakan penggesek atau sering disebut sebagai bow, tapi juga memungkinkan untuk menggunakan jari untuk memetik senarnya.
Viola atau biola alto merupakan instrumen yang ukurannya sedikit lebih besar dibanding violin, sehingga memiliki rentang nada yang lebih rendah.
Cello merupakan instrumen yang ukurannya lebih besar dibanding violin dan viola. Suara cello cenderung kaya dan berkesan hangat.
Contrabass merupakan instrumen paling besar diantara semua instrumen kelompok strings.
Harpa merupakan instrumen yang hanya bisa dimainkan dengan petikan jari tidak seperti lainnya yang menggunakan bow. Rentang nada harpa cukup luas, setinggi violin dan serendah contrabass.
Beralih dari kelompok strings menuju brass atau tiup logam, kita akan mendengar instrumen horn atau french horn. Rentang nada mereka cukup luas, nadanya yang tinggi dan rendah bahkan bisa ikut dicampurkan bunyinya dengan kelompok woodwind.
Selanjutnya, kita akan mendengar instrumen yang cukup kita kenal, trumpet. Trumpet merupakan instrumen dengan rentang tertinggi dalam kelompok brass.
Menutup kelompok brass, kita akan mendengar suara trombone dan tuba, instrumen dengan rentang nada rendah.
Kelompok perkusi sangat beragam. Mulai dari instrumen yang bernada seperti timpani dan xylophone hingga instrumen yang tidak bernada seperti bass drum, cymbal, tambourine, triangle, snare drum, chinese block, castanet, gong (tam-tam), dan whip. Instrumen akan dimainkan satu per satu dan ditutup dengan dimainkan secara bersamaan.
Setelah Britten membedah semua instrumen yang ada pada orkestra, dia kembali menyatukannya dalam sebuah fuga, dimana satu per satu instrumen akan memainkan satu melodi yang sama, dimulai dari kelompok woodwind (tiup kayu) piccolo sebagai yang tertinggi turun ke bassoon sebagai yang terendah, dilanjut oleh violin, viola, cello, contrabass, dan harpa dari kelompok string (gesek), kemudian horn, trumpet, trombone, dan tuba dari kelompok brass (tiup logam), serta diramaikan oleh kelompok perkusi. Melodi tema utama Purcell dengan megah akhirnya kembali muncul dan menutup karya orkestra ini.
Itulah karya Benjamin Britten yang berjudul Young Person’s Guide to the Orchestra yang mencoba memperkenalkan instrumen atau alat musik yang ada pada orkestra secara umum. Semoga dengan artikel dapat membuat kita mendengar orkestra dengan telinga yang “baru”, mendengarkan musik yang dimainkan orkestra tidak sekedar menikmati saja, namun juga mengenali bunyinya. Have fun with the orchestra! 😊
Jika Anda memerlukan jasa aransemen paduan suara, grup vokal, atau jasa aransemen musik dan komposisi musik lainnya, Anda bisa mengunjungi halaman kami di www.fisella.com.
Sebagian orang percaya bahwa musik adalah
bahasa universal. Semua orang dapat menikmati musik tanpa membedakan suku, ras,
agama, gender dan usia. Beberapa orang juga percaya bahwa musik dapat
menyatukan perbedaan. Kini latar belakang seseorang, kondisi ekonomi, status
sosial seringkali tidak dapat membatasi manusia untuk menikmati musik. Namun,
bagaimana dengan musik film? Apakah musik film tetap menjadi bahasa universal
yang dapat diterima oleh siapapun?
Musik film ada di persimpangan antara musik dan
film itu sendiri. Musik film memiliki bagian yang musikal dan bagian lain yang
sifatnya sinematik. Meski musik film seringkali diperdengarkan sebagai musik
saja, namun pada kenyataannya musik film adalah sebuah produk hibrida antara
musik dan film.
Untuk menjawab pertanyaan sebelumnya, mari kita
bandingkan sebuah film Bollywood “Koi Mil Gaya” dengan film produksi Walt
Disney “The One and Only Ivan”. Kedua film ini memiliki alur dan konflik yang
mudah dipahami oleh penonton. Perbandingan ini tentunya bertujuan untuk
mengetahui bagaimana dua daerah yang berbeda dengan kultur dan budaya yang
berbeda dapat mempengaruhi musik film yang dihasilkan.
Koi Mil Gaya adalah sebuah film Bollywood yang
menceritakan bagaimana seorang pria dengan keadaan khusus dapat bersahabat
dengan alien. Salah satu hal yang menonjol dari film Bollywood adalah
menggunakan banyak lagu berlirik di dalam filmnya. Dalam film-film Bollywood
biasanya selalu ada adegan dimana pemain menari dan menyanyikan lagu tersebut. Selain itu dalam film ini, musik tidak hanya
terbentuk dari instrumen barat seperti strings dan piano namun juga terdapat
bunyi instrumen etnis seperti tabla, bansuri, shehnai, dan sitar. Hal ini
tentunya menarik, bagaimana instrumen barat dikreasikan bersama instrumen
tradisi sehingga kekhasan musik India tetap terdengar. Instrumen seperti brass
dan perkusi sering digunakan dalam adegan yang menegangkan. Mood musik pada
film Koi Mil Gaya juga dapat berubah dengan cepat mengikuti transisi frame dan
terkadang tidak ada jeda. Penggunaan tangga nada juga berbeda dengan film
Hollywood. Meski menggunakan instrumen barat seperti strings dan piano, namun
tangga nada yang dipakai tidak terbatas oleh tangga nada mayor, minor atau
modes. Mereka berusaha meracik musik film agar terdengar tetap “India”.
Berbeda dengan film The One and Only Ivan.
Sebuah film yang menceritakan seekor gorila bernama Ivan yang berjanji untuk
membawa seeokor gajah kecil, Ruby untuk hidup di alam bebas. Dalam film ini,
musik instrumental lebih menonjol dibanding lagu berlirik. Lagu berlirik hanya
ada di bagian akhir film. Komposisi musiknya juga banyak dimainkan dengan
instrumen barat dan orkestra. Seringkali, musik muncul secara perlahan (fade
in) pada adegan-adegan tertentu. Mood musik juga cenderung stabil, hanya ada
sedikit perubahan. Pada film ini, musik dengan instrumen brass justru
menggambarkan keberhasilan dan menambah kesan megah. Penggunaan strings juga
tidak terbatas pada adegan yang memunculkan kesedihan, namun juga harapan dan
kebahagiaan.
Dari kedua film diatas kita tahu bahwa meskipun
musik kemungkinan besar menjadi bahasa universal, namun musik film sangat dipengaruhi oleh daerah dan budaya
tertentu. Musik film Bollywood tentu akan berbeda dengan musik film Hollywood.
Cara membuat musik film, fungsi bahkan tujuannya akan berbeda tergantung faktor
pengalaman dan lingkungan. Musik pada film Bollywood pasti akan memberikan
kesan yang berbeda untuk penonton film Hollywood lalu tercipta reaksi “menerima
atau menolak” atau setidaknya merasakan sensasi yang berbeda, begitupun sebaliknya. Sehingga pada pembuatan musik film, faktor
seperti selera dan korelasi musik dengan gambar saja tidak cukup, faktor
eksternal seperti daerah dan budaya setempat juga menjadi pertimbangan.
Untuk teman-teman yang tertarik membuat musik film atau original song, silahkan kunjungi website ini
Subscribe untuk mendapatkan update berita terbaru