Mengajar musik di sebuah kelas bukanlah hal yang mudah, ditambah sulitnya menilai musik secara obyektif. Musik seringkali dinilai secara subjektif, berdasarkan selera pendengarnya. Seorang guru musik wajib mempunyai sebuah rubrik dan objektif yang jelas untuk melakukan asesmen pada murid. Objektif yang jelas akan membuat pembelajaran lebih rapi dan terarah. Selain menilai, akan lebih baik jika seorang guru bisa memahami musik para siswanya. Memahami musik pada siswa bukan berarti hanya mengetahu instrumen apa yang dapat siswa mainkan, namun memahami musik yang seperti apa yang berkembang dalam diri siswa.
Konteks sosial-budaya dapat membantu seorang guru untuk memahami musik siswa. Konteks sosial-budaya dalam kelas merujuk pada norma-norma fisik dan sosial-budaya yang diamini oleh siswa, membentuk identitas siswa, dan membentuk fungsi dan arti musik bagi mereka. Konteks sosial-budaya ini selain dapat berupa norma, dapat juga berupa musik yang ada di lingkungan tumbuh siswa, dan musik yang sering siswa dengarkan. Faktor-faktor tersebut akan menentukan musik yang seperti apa yang berkembang pada siswa. Seorang anak yang tumbuh di lingkungan musik jazz, akan cenderung memiliki selera musik jazz. Bisa dibilang, musik jazz-lah yang berkembang dalam dirinya. Begitu juga seorang anak yang tumbuh di lingkungan musik tradisi, akan “memiliki” musik tradisi dalam dirinya. Untuk memahami hal ini, guru bisa memberikan kesempatan pada siswa untuk menjelajahi (explore) musik yang ada di lingkungannya sebelum menjadikannya sebuah tulisan. Tulisan tersebut yang akan membantu guru untuk mengetahu latar belakang musik siswanya. Selain itu, tugas semacam listening logs juga bisa membantu guru untuk memahami musik para siswanya.
Karakter musik pada siswa biasanya akan terpengaruh oleh latar belakang musik mereka. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk memahami konteks sosial-budaya dalam menilai karya musik siswa. Akan lebih baik jika penilaian tidak berdasarkan bagus atau tidaknya karya tersebut, namun lebih kepada tercapai atau tidaknya target yang diberikan pada siswa. Sebagai contoh, bila seorang guru memberikan tugas songwriting pada siswa, maka penilaian terhadap karya bukan bagus atau tidaknya lagu ciptaan siswa melainkan apakah siswa mencapai target yang diberikan. Target ini dapat dijabarkan menjadi poin-poin atau ceklis, misalnya:
• Siswa dapat menulis lirik lagu
• Siswa dapat menentukan bentuk lagu
• Siswa dapat membuat melodi dan progresi akor yang menunjang ide utama
Terdapat banyak hal yang perlu disiapkan dalam mengajar musik di kelas. Tujuan, standar, asesmen, bahkan definisi musik yang ingin diajarkan pada siswa. Namun jangan lupa, selain berbagai teori yang harus diajarkan, musik adalah bahasa dan ekspresi manusia.