AHLI BERMUSIK : BAKAT ATAU LATIHAN? - BLOG.FISELLA®

Jumat, 19 November 2021

AHLI BERMUSIK : BAKAT ATAU LATIHAN?

sumber : Instagram.com/isyanasarasvati
Sebagai seseorang yang memutuskan untuk belajar musik secara akademik, ternyata belajar musik bukanlah hal yang mudah. Musik yang kelihatannya keren, seperti orkestra, atau permainan instrumen piano solo yang hebat, ternyata banyak aspek di baliknya yang layak untuk diperhatikan. Namun, mayoritas masyarakat Indonesia masih banyak yang berpandangan bahwa seseorang piawai bermain musik atau berhasil di suatu bidang itu ditentukan karena faktor bakat saja.

Lantas terkait hal ini, apakah benar-benar hanya karena bakat saja seseorang dapat piawai dalam bermusik?

Buku Ketika Mozart Kecil Memainkan Jemarinya karya It Pin Arifin, dapat dijadikan salah satu referensi untuk menjawab permasalahan ini. 

Dalam buku ini dikemukakan bahwa seseorang dapat menjadi ahli dalam suatu bidang terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. It Pin Arifin mengemukakan, seseorang dapat berkembang menjadi ahli dalam suatu bidang pengaruhnya bukan hanya karena bakat saja melainkan lingkungan dan deliberate practice.
 
Apa itu Deliberate Practice?
sumber : https://www.goodreads.com/book/show/13253673-ketika-mozart-kecil-memainkan-jemarinya

Menurut It Pin Arifin dalam buku Ketika Mozart Kecil Memainkan Jemarinya, “Latihan sampai mendalam dengan tujuan memperbaiki kekurangan terus-menerus sambil merengkuh kegagalan demi kegagalan, itulah Deliberate Practice”. 

Singkatnya dalam hal ini, latihan sangatlah penting untuk tidak hanya memperhatikan dari segi kuantitas melainkan juga segi kualitas. Lingkungan yang mendukung sangatlah berpengaruh, karena Deliberate Practice membutuhkan motivasi yang kuat.

Tak hanya terkait itu, dalam buku ini disampaikan pula tentang mitos Gen dan IQ yang mana turut memberikan sudut pandang baru. Selain itu, buku ini juga menyampaikan tentang kehebatan otak manusia, bagaimana aspek grit berpengaruh yaitu suatu motivasi yang tinggi dan terfokus, tentang growth mindset yaitu pola pikir bahwa seseorang dapat berkembang, serta motivasi intrinsik yaitu suatu motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri.

Penjelasan dalam buku ini sangat menarik dan layak untuk dijadikan referensi. Buku ini dapat membantu menjawab persoalan tentang bagaimana seseorang dapat menjadi ahli dalam bermusik. Bahkan tidak hanya untuk orang-orang yang ingin mengetahui ahli dalam bidang musik saja melainkan di bidang lainnya pun juga masih relevan.

Melalui buku ini pula dapat diketahui bahwa bakat bukan satu-satunya penentu seseorang dapat menjadi ahli.

Dalam Epilog buku tersebut Pin Arifin mengemukakan bahwa terdapat empat aspek dimensi yang menentukan seseorang menjadi ahli yaitu dimensi emosional, dimensi fisik, dimensi mental dan dimensi spiritual.
Untuk fondasi dasar, dimensi emosional harus diperhatikan, dimensi ini berfungsi sebagai penopang dan pendorong untuk dimensi fisik yaitu berkaitan dengan latihan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar, serta hal ini pula berkaitan dengan dimensi mental yaitu bagaimana ketangguhan untuk sanggup menjalani proses latihan dan pembelajaran yang tidak mudah. 
Lalu, dimensi terakhir yang membuat seseorang bersemangat memulai setiap hari dan merasakan makna dari ketiga fondasi sebelumnya tersebut adalah dimensi spiritual, dimensi ini mengenai harapan dan inspirasi yang membuat seseorang berani meraih impian lebih tinggi, meski dalam situasi kelam sekalipun.

Dari penjelasan buku ini kita dapat belajar bahwa latihan, dan terus konsisten adalah kunci keberhasilan. Seringkali kita merasa tidak berbakat hanya karena ingin menjadikan suatu alasan untuk berhenti pada suatu proses yang dirasa tidak menyenangkan. Nyatanya, ketika ingin suatu hasil yang maksimal, butuh proses yang maksimal pula.

Seorang performer musik yang sangat piawai memainkan instrumennya, pastinya tidak semudah itu dalam mencapai keahliannya. Butuh pemahaman latihan yang benar, jam terbang yang tinggi, guru hebat dibaliknya serta motivasi yang kuat di dalam dirinya.

Bakat bukanlah satu-satunya penentu, jangan sampai hal ini menjadikan kita untuk berhenti dan menyerah akan suatu impian yang ingin kita gapai.


Irene Puri Kumala, Mahasiswi Program Studi Musik, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda