Sebelum ada DAW, musisi, studio dan insinyur terbatas pada teknologi yang tersedia. Mereka merekam audio memakai mesin reel to reel tape. Sampai tahun 1970 ini adalah standarnya.
Meskipun beberapa berpendapat bahwa musik terdengar lebih baik karena suara bawaan pada rekaman ke tape, prosesnya bukannya tanpa karakteristik nyata yang beberapa orang mungkin berpendapat kurang diinginkan. Kebisingan (noise) dan distorsi adalah dua hal umum yang hampir selalu ada dan bagi sebagian orang, ini dianggap sebagai gangguan. Namun beberapa tidak masalah dengan aspek ini dan menemukan cara untuk bekerja dengan sifat ini untuk menjadikannya bagian dari proses kreatif.
Hal lain ketika membahas rekaman kaset dan kurangnya audio yang direkam komputer adalah tidak adanya otomatisasi, yaitu proses penyesuaian perimeter yang dipandu komputer. Sebelum ada otomatisasi, studio harus meminta bantuan dari orang lain (selain dari teknisi di lokasi) untuk mixing board secara manual dan menyesuaikan fader, knobs, atau pengaturan lain yang perlu disesuaikan secara real time saat mix berlangsung. Proses ini biasa disebut sebagai "riding the fader".
Lalu, pada akhir 1970-an, ada upaya membuat DAW pertama. Namun, karena komputer masih terbatas, DAW ini belum maksimal. Soundstream adalah perusahaan pertama yang mencoba membuat DAW pertama dan disebut "Sistem Pengeditan Digital". Lalu pada tahun2 berikutnya, DAW bertambah dan semakin berkembang sampai sekarang.
Sekarang ini, DAW sudah berkembang pesat. Sebagian besar studio profesional telah bergabung dengan revolusi audio digital untuk seterusnya. Teknologi di DAW telah sangat meningkatkan efisiensi, kreativitas, dan mempersingkat waktu. Sekarang merekam lagu berkualitas profesional bisa dilakukan siapa saja yang mempunyai akses komputer. Dan saya merekomendasikan di https://www.fisella.com/# jika anda ingin belajar seputar DAW.
Sumber : https://logitunes.com/blog/history-of-daw/
https://pin.it/2e6yYxT
