Berdasarkan
penelitian dari McGill University di Montreal, Amerika serikat pada laman
Mamiverse.com, menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena musik yang
didengarkan berbengaruh pada tingkat produktivitas tubuh dalam menghasilkan
hormon dopamin.
Hormon
dopamin adalah senyama kimia di otak yang berperan untuk menyampaikan rangsangan
ke seluruh tubuh. Ia biasa disebut juga sebagai hormon pengendali emosi.
Suasana hati yang meningkat adalah akibat dari pelepasan hormon dopamin dalam
jumlah yang tepat dan begitu juga sebaliknya.
Begitupula
ketika kita menangis saat mendengarkan musik. Emosi yang besar dalam tubuh
mamicu hormon adrenokortikotropik untuk bertambah dan tubuh kita akan mudah
tergocang hingga mengeluarkan air mata sehingga setelah menangis kita merasa
legah karena kita melepaskan hormon kortisol, hormon yang berhubungan dengan
stress yang kita alami.
Saat kita mendengar musik, ada tiga hal menurut saya yang berpengaruh pada susana hati kita seperti, rasa senang, sedih, galau atau yang sering kita kenal dengan sebutan “mood” yaitu ;
- Pembebasan Berekspresi (emosional).
Musik dianggap sebagai media yang baik dalam melepaskan perasaan yang positif, seperti rasa senang, haru, ataupun perasaan yang negative seperti sedih, rasa sakit, depresi. Karena itu, tidak heran jika orang bisa menangis saat mendengarkan musik tertentu.
- Perangsang
Memori.
Seringkali kita merasakan sebuah suasana dan kejadian setelah mendengarkan sebuah musik yang telah kita dengar bahkan berpuluh tahun yang lalu. Contoh waktu saya mendengarkan lagu linkin park, saya merasa terbawa pada zaman di mana saya masih SD dengan suasana yang berbeda-beda di setiap lagunya. Ada kala saat musim hujan atau musim panen lengkap dengan detail tempatnya.
- Memicu
imajinasi.
Berimajinasi saat mendengarkan musik adalah bagian yang tidak bias dipisahkan. Saat mendengarkan musik yang berlirik, imajinasi kita akan terikat pada lirik tersebut tetapi untuk orang atau keadaan dalam imajinasi tersebut tetap diimajinasikan oleh otak kita. Sedikit berbeda saat mendengarkan musik yang tidak berlirik, imajinasi kita akan melayang bebas sesuai dengan rasa dari nada-nada yang dihasilkan oleh musik itu sendiri.
Oleh
karena itu, musik telah menjadi sebuah metode terapi yang terus dikembangkan
sampai saat ini, bahkan dengan menggunkan EEG (electroencephalography) kita sudah bisa mengukur tingkat
kesedihan, atau kegembiraan kita melalui gelombang otak, untuk kemudian diperdengarkan
musik yang sesuai dengan kebutuhan terapi.