"Ada Autotune, Nggak Perlu Belajar Vocal", Nggak Gini Konsepnya - BLOG.FISELLA®

Jumat, 16 April 2021

"Ada Autotune, Nggak Perlu Belajar Vocal", Nggak Gini Konsepnya

 

"Ada Autotune, Nggak Perlu Belajar Vocal", Nggak Gini Konsepnya

Teknologi lahir untuk mempermudah kegiatan manusia, hal ini dapat kita rasakan sejak revolusi industri pada abad ke-18. Tenaga kuda digantikan oleh mesin yang akhirnya membawa kita ke revolusi industri 4.0 saat ini dengan berbagai perangkat keras dan lunak yang serba canggih. Saat ini produksi musik juga mengalami perubahan besar semenjak hadirnya digital audio recording. Saat ini dalam hal perekaman kapasitas penyimpanan jauh lebih besar dan murah, perangkat keras semakin ringkas, bahkan biaya untuk membuat studio rekaman sederhana menjadi sangat ringan.


Dalam digital audio recording kita juga mengenal istilah audio manipulation. Kegiatan audio manipulation dapat dilakukan pada pra atau pasca perekaman. Salah satu kegiatan audio manipulation yang sering menjadi sorotan publik adalah "autotune". Sebagian orang bahkan memandang autotune sebagai sebuah fitur software pasca perekaman yang dapat mengubah vokal manusia (bernyanyi) menjadi lebih baik layaknya penyanyi profesional. Kehadiran "autotune" bahkan mampu memberikan kesan negatif dan positif yang cukup kontras di masyarakat. Agar istilah "autotune" yang cukup terkenal ini tidak salah kaprah, saya akan menggantinya dengan istilah baru yaitu vocal correction.


Seperti namanya, vocal correction merupakan kegiatan audio manipulation pasca rekaman yang bertujuan untuk mengoreksi audio pada track vokal agar terdengar lebih baik. Lingkup kegiatan koreksinya antara lain koreksi pitch, koreksi penyesuaian waktu (time alignment), koreksi transisi, bahhkan koreksi detail lainnya seperti vibrato dan dinamika. Apakah proses ini dilakukan secara otomatis dengan satu klik? Jawabannya ada di artikel Perbedaan Auto Tune dan Manual Tune.


Hal konyol yang pernah saya dengar pada obrolan di komunitas media sosial atau kegiatan kopdar offline adalah pernyataan bahwa kita tidak perlu belajar ilmu bernyanyi/teknik vokal karena hadirnya fitur autotune ini. Sebelum kalian jauh tersesat dengan pernyataan ini, saya akan mencoba meluruskannya dengan memberikan beberapa fakta yang menyatakan bahwa pandangan tersebut tidak benar.


Pertama, vocal correction tidak mengubah timbre (warna suara) vokalis. Dengan adanya timbre, kita mampu membedakan berbagai instrumen musik hanya dengan mendengarnya saja, bahkan kita mampu membedakan karakter suara manusia satu dengan yang lain walaupun beberapa orang tersebut memiliki rentang suara yang sama (misal alto), baca juga artikel Jenis Suara Manusia Berdasarkan Rentang Nadanya. Pembentukan timbre instrumen dapat diperoleh dari perbedaan material dari instrumen tersebut, misal timbre nada middle C (C4) pada gitar berbeda dengan nada middle C pada marimba, baca juga Jenis Alat Musik Berdasarkan Sumber Bunyinya. Salah satu hal yang mempengaruhi perbedaan timbre suara manusia adalah ketebalan pita suara. Timbre sebagai "gift" pada suara manusia khususnya vokalis, jika digambarkan dalam rentang frekuensi pastinya memiliki kompleksitas yang tinggi, sedangkan  audio engineer pastinya memiliki keterbatasan jika diminta untuk menduplikasi timbre suara manusia mendekati serupa. Oleh sebab itu aplikasi penyuntingan pitch bahkan bisa dibilang tidak menyentuh ranah pengubahan timbre.


Kedua, pengubahan rentang suara yang ekstrim tidak dianjurkan dengan aplikasi vocal correction. Daripada menjelaskannya melalui tulisan, saya menyarankan anda untuk melakukan pengubahan signifikan pada aplikasi pitch correction, misal mulanya dalam tangga nada C Mayor diubah +9 semitones menjadi A Mayor, tentunya kita akan menemukan kualitas suara yang "aneh". Berbeda dengan vokalis terlatih, mereka mampu memberikan rentang suara yang luas dengan menerapkan teknik vokal khusus. Pengubahan rentang suara yang ekstrim tentu juga tidak dapat terselesaikan hanya dengan aplikasi vocal correction.


Ketiga, terdapat parameter lain seperti transisi setiap suku kata dan nada yang melibatkan attack dan release (baca Pengertian ADSR Attack Decay Sustain Release) secara natural yang mungkin saja tidak dapat diselesaikan dengan pemberian attack dan release secara sintetis (dengan compressor atau fitur bawaan aplikasi pitch correction). Bagi saya sendiri penyematan  unsur attack dan release secara sintetis hanya sebagai pemanis dan bukan untuk menggantikan kualitas attack dan release yang terlatih dari seorang vokalis.


Keempat, pitch correction pastinya sangat maksimal digunakan untuk mengolah sebuah audio vokal yang baik pula. Saya pernah mengikuti seminar dari  DR. Jack Arthur Simanjuntak, M.DES.SC, seorang dosen musik bidang audio dan recording di Universitas Pelita Harapan, beliau pernah menyampaikan sebuah idiom "garbage in, garbage out", ini mengartikan bahwa dengan memperoleh raw data dari rekaman vokal yang baik, maka hasil koreksinya akan baik pula jika ditangani dengan editor yang handal.


Bagi kalian yang masih bingung untuk mengkoreksi audio vokal kalian silahkan kunjungi Fisella Music Production. Fisella menawarkan jasa Audio Editing Service yang meliputi Vocal Pitch Correction dan Mixing-Mastering. Seluruh jasa kami dikerjakan oleh penata suara yang berkualitas dan berpengalaman.


Picture by @soundtrap Unsplash

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda