BLOG.FISELLA®

Kamis, 06 Mei 2021

"Ada Harga Ada Rupa" , Hati-Hati Pilih Biola

 
Gita Seisoria Ada Harga Ada Rupa Hati-Hati Pilih Biola

Dunia musik tentu sudah tidak asing lagi dengan instrumen biola / violin. Instrumen gesek ini merupakan alat musik yang memerlukan ketelatenan dalam beberapa aspek. Baik dari segi cara memainkannya, merawat, hingga pemilihan biola itu sendiri. Dalam pembahasan kali ini saya akan membagikan tentang hal-hal yang perlu teman-teman perhatikan sebelum memilih atau membeli biola. Topik ini berangkat dari beberapa pertanyaan dari rekan dan bahkan saya sendiri beberapa tahun yang lalu saat masih pertama kali belajar biola. Saya baru sadar bahwa penting sekali pemilihan biola yang tepat dan sesuai untuk mendukung performa violinist. Rekan saya pernah iseng bertanya, “eh biolamu harganya berapa, katanya kalo mau dapet yang bagus mahal ya harganya?”. Pertanyaan tersebut membuat saya flashback dengan keadaan dulu sebelum saya tahu bahwa belum tentu biola mahal bisa menjamin kualitas suara yang kalian inginkan. Memang biola-biola buatan luthier ternama harganya mahal karena mereka asli buatan tangan (handmade). Tapi apa jadinya jika nama luthier itu ternyata palsu dan malah temen-temen habis banyak hanya untuk fitting-up biola karena kalian ternyata kurang suka sama suaranya atau muncul masalah yang lain setelah baru beberapa minggu digunakan. Jangan khawatir berikut ini ada beberapa langkah yang bisa kalian persiapkan biar engga kapok, berikut penjelasannya;

Senin, 03 Mei 2021

Bagaimana Komposer Musik Film "How to Train Your Dragon" Memunculkan Tema Musiknya


Film E.T. the Extra-Terrestrial dan How to Train Your Dragon merupakan film fantasi yang dirilis pada tahun 1982 dan 2010. Film E.T. the Extra-Terrestrial menceritakan tentang seorang anak laki – laki bernama Elliot yang menemukan ET, makhluk asing dari luar angkasa yang tertinggal dari kelompoknya. Elliot dan ET mulai membangun hubungan pertemanan serta saling membantu satu sama lain. Di film How to Train Your Dragon sendiri menceritakan sebuah kisah yang terjadi di dunia mitos Viking di mana seorang remaja Viking muda bernama Hiccup bercita-cita untuk mengikuti tradisi sukunya menjadi pembunuh naga hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa ia tidak lagi ingin membunuh naga dan menjalin pertemanan dengan naga tersebut yang ia beri nama Toothless.

Jumat, 30 April 2021

Belajar Mixing Audio - Mengenal Frequency Range dan Equalizer

Belajar Mixing Audio - Frequency Range dan Mengenal Equalizer peter de vries guitar fisella music production

Siapa yang tidak mengenal Mixing-Mastering, sebuah istilah yang seolah melekat dengan para musisi, terlebih pada profesi audio engineer. Penjelasan tentang Mixing-Mastering pernah saya bahas sebelumnya pada artikel Pahami Perbedaan Mixing dan Mastering bagi Pemula - PETER DE VRIES GUITAR. Dalam kegiatan mixing-mastering terdapat beberapa proses yang kompleks dan detail untuk dipahami, salah satunya adalah pembahasan tentang frequency range (rentang frekuensi) dan tools untuk mengolah frekuensi yang disebut Equalizer. Pemahaman tentang rentang frekuensi yang terbagi atas beberapa segmen merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat rasional dan empiris, keduanya saling berkaitan sehingga selain menggunakan teori dasar, pengalaman mendengar karya musik adalah kunci bagaimana seorang audio engineer memahami perbedaan frekuensi dengan menggunakan indera pendengaran.

Jumat, 23 April 2021

Pengertian Sample Rate dan Bit Depth dalam Perekaman Audio Digital

 

Pengertian Sample Rate dan Bit Depth dalam Perekaman Audio Digital fisella

Saat ini kita berada pada era kejayaan digital audio recording, sebuah revolusi musik melalui teknologi digital lahir beberapa dekade lalu yang ditandai dengan lahirnya MIDI, baca Mengenal MIDI (Musical Instrument Digital Interface). Melalui MIDI dan digital audio recording produksi musik masa kini menjadi sangat sederhana dan mudah jika dibandingkan dengan era analog. Pembahasan tentang analog dan digital juga pernah saya bahas di artikel saya Efek Digital atau Analog? yang secara spesifik membahas tentang efek analog dan digital pada gitar, secara esensial serupa dengan konsep digital & analog audio recording.

Rabu, 21 April 2021

Romantika dibalik Karya Gitaris Klasik Agustin Barrios

 


Beberapa komposer menciptakan suatu lagu berdasarkan dari pengalaman yang mereka alami. Agustin Barrios salah satunya. Mungkin bagi kita gitaris klasik sudah tidak asing lagi dengan komposer yang satu ini.

Agustín Barrios Mangoré (1885 – 1944) atau juga dikenal sebagai Agustin Barrios merupakan seorang gitaris klasik dan komposer asal Paraguay yang lahir di era romantik. Secara garis besar, perkembangan sejarah terhadap musik Eropa dari masa ke masa terbagi menjadi 6 era antara lain Middle Ages (500 – 1400), Renaissance (1400 – 1600), Baroque (1600 – 1760), Classical (1760 – 1820), Romantic (1815 – 1910), dan Modern (1900 – present).

Era di mana Barrios berkarya ini disebut era romantik dimana semuanya berhubungan dengan perasaan, sikap batin, dan jiwa manusia. Pada era ini musik yang didengarkan lebih mengalir mengikuti gerak hati penciptanya.

Nuansa romantis ini tercipta dari pengaruh kehidupan masyarakat di abad 19 dimana masyarakat mengalami perubahan dalam kehidupan politik dari yang semula mutlak berada ditangan raja-raja atau kaisar, menjadi lebih demokratis dengan adanya pimpinan yang dipilih oleh rakyat. Dan tentu saja hal ini sangat mempengaruhi komposer dalam menuangkan perasaannya tehadap musik yang mereka ciptakan. Begitu juga dengan Agustin Barrios.

Mendengar kata romantik atau romantis bagi kita tentu saja tidak lepas dari perihal percintaan atau suatu hal yang bersifat mesra. Sebelum pencipta-pencipta lagu di zaman sekarang menciptakan sebuah lagu yang bersifat mesra, komposer yang juga gitaris klasik, Agustin Barrios telah lebih dulu melakukan hal tersebut dalam menciptakan karya-karyanya.

Karya yang diciptakan Barrios ini terdiri dari bermacam gaya yakni Barok, Klasik, dan Romantik. Dengan gaya tersebut Barrios menghasilkan banyak karya seperti prelude, studies, waltz, tarantellas, folkloric, dan Romanza.

Romantika dalam karya Barrios salah satunya tertuang dalam karyanya yang berjudul Una Limosna Por El Amor de Dios (an Alms for the love of God). Lagu ini bermain dalam tangga nada E minor kemudian bermodulasi ke tangga nada mayor dengan ornament tremolo sepanjang lagu. Lagu dengan bentuk lagu A B C ini merupakan lagu terakhir yang diciptakan Agustin Barrios sebelum dia wafat.

Dengarkan lagu Una Limosna Por El Amor de Dios - Ana Vidovic

Una Limosna Por El Amor de Dios (Spanyol) memiliki arti” Sedekah sebagai bentuk kasih dari Tuhan”. Lagu ini memiliki latar belakang yang sangat menginspirasi. Pada saat itu, Barrios menghabiskan tahun-tahun terakhir kehidupannya di kota San Salvador (El Savador) bersama rekan dan murid-muridnya. Pada sore hari, ketika ia selesai mengajar, pintu rumahnya diketuk oleh seorang pengemis tua yang meminta sedekah kepadanya. 

Pengemis itu berkata “Una Limosnita por el amor de Dios”. Barrios yang iba kepada pengemis tua itu kemudian memberikan sedekah berupa uang kepadanya. Ia merasa perlu membantu sesama untuk mencerminkan kasih Tuhan, apalagi saat itu Barrios merasa bahwa hidupnya sudah tidak akan lama lagi. Dan dari kata pengemis tua itulah kemudian Barrios mendapat inspirasi membuat lagu Una Limosna Por El Amor de Dios.Cerita dibalik lagu ini mengandung makna hidup cinta kasih seseorang kepada sesama yang ingin mencerminkan cinta kasih Tuhan kepada manusia

Selain lagu diatas, Barrios juga menciptakan lagu Julia Florida (Barcarola) sebagai bentuk cintanya kepada seorang muridnya “Julia”

Lagu ini merupakan salah satu karya populer Barrios di era Romantik yang mengandung pesan tersirat didalamnya. “Julia” diambil dari nama murid yang diajar Barrios, Julia Martinez dan “Florida” berasal dari kata “Florece” (Spanyol) yang berarti mekar.

Dengarkan lagu Julia Florida (Barcarola) - Tatyana Ryzhkova 

Julia Florida adalah sebuah lagu yang ditulis Barrios untuk muridnya Julia yang saat itu menurut Barrios tumbuh / ‘mekar’ sangat cepat di masa remaja. Sesuai dengan judul lagunya, Barrios menuliskan lagu ini kepada muridnya Julia yang ia cintai namun tidak menerima cintanya.

Kata Barcarola sendiri memiliki arti Perahu kecil, yang dalam lagu ini dicirikan dengan pergerakan ombak yang lembut dan mirip seperti gerakan perahu yang mengikuti arah dayung. Karena itu, lagu ini dimainkan dengan tempo yang santai (moderato).

Sesuai dengan ciri “Barcarola”, lagu ini memiliki birama 6/8 dengan pembukaan lagu berada di Tangga Nada D mayor yang membuat senar 6 di drop D kemudian ke relative minornya B minor. Lagu ini juga dengan mulus bermodulasi ke A minor yang terampil kembali ke D mayor.  Lagu ini memberikan kesan manis pada akhir bagian dengan nada yang di Harmonik.

Senin, 19 April 2021

Apa Letak Perbedaan Teknik Bermain Gitar Klasik dan Fingerstyle?

Apa Letak Perbedaan Teknik Bermain Gitar Klasik dan Fingerstyle? - Jelang Bagaskara - Blog Fisella

Di era modern saat ini banyak sekali bermunculan permainan gitar yang bermacam-macam. Bahkan gitar yang pada dasarnya diciptakan sebagai alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik, kini juga dimainkan dengan cara dipukul atau biasa disebut dengan teknik perkusif. Maka dari itu saya ingin sedikit beropini mengenai apa yang menjadi perbedaan diantara keduanya. Untuk mendapatkan kesimpulannya, yuk scroll artikelnya ke bawah!

Jumat, 16 April 2021

"Ada Autotune, Nggak Perlu Belajar Vocal", Nggak Gini Konsepnya

 

"Ada Autotune, Nggak Perlu Belajar Vocal", Nggak Gini Konsepnya

Teknologi lahir untuk mempermudah kegiatan manusia, hal ini dapat kita rasakan sejak revolusi industri pada abad ke-18. Tenaga kuda digantikan oleh mesin yang akhirnya membawa kita ke revolusi industri 4.0 saat ini dengan berbagai perangkat keras dan lunak yang serba canggih. Saat ini produksi musik juga mengalami perubahan besar semenjak hadirnya digital audio recording. Saat ini dalam hal perekaman kapasitas penyimpanan jauh lebih besar dan murah, perangkat keras semakin ringkas, bahkan biaya untuk membuat studio rekaman sederhana menjadi sangat ringan.

Rabu, 14 April 2021

Alternatif Penyeteman / Unusual Tuning yang Perlu Kamu Ketahui Sebagai Gitaris!

 


Pada artikel sebelumnya saya sudah membahas mengenai Standard Tuning pada gitar. Namun selain standard tuning EADGBE, pernahkan teman-teman sebelumnya melihat/medengarkan/memainkan karya dengan penyeteman senar yang berbeda atau mungkin pernah mendengar kata “Drop D”?

Dalam memainkan karya, terkadang komposer yang menciptakan karya tersebut mengharuskan gitar kita berada di penyeteman yang berbeda. Penyeteman gitar yang tidak biasa juga mempunyai aturan yang pasti juga punya tujuan. Lalu, apa saja alternatif penyeteman pada senar gitar?

Sebuah artikel Alternate Tuning Guide yang ditulis oleh William A. Sethares seorang professor dan ahli teori musik di Amerika, mencatat ada empat jenis utama dalam dalam penyeteman gitar yakni Open Tunings, Instrumental Tunings, Regular Tunings, dan Special Tunings

OPEN TUNINGS

Merupakan salah satu jenis penyeteman yang dilakukan pada gitar dengan menyetem ke-enam senar untuk membentuk akor sederhana dan bertujuan untuk memudahkan kita untuk memainkan kombinasi akor dengan hanya satu jari (melakukan teknik Barre). Selain itu penggunaan Open Tunings juga sangat memudahkan kita memainkan teknik Bottleneck Slide

Contoh Penyeteman Open Tunings:


INSTRUMENTAL TUNINGS

Merupakan salah satu jenis penyeteman pada gitar dimana penyeteman senar gitar dibuat mirip atau meniru dengan penyeteman senar pada instrument lain sehingga gitar berperan sebagai instrument yang berbeda. Instrument lain yang dimaksud tentu saja instrument chordophones atau instrument yang menghasilkan suara dari senar seperti mandolin, charango, oud, dll.

Contoh Instrumental Tunings: 



REGULER TUNINGS

Merupakan salah satu jenis penyeteman pada gitar dimana senar di’stem’ secara seragam di papan fret. Dengan penyeteman gitar yang diseragamkan akan memungkinkan bentuk akor dipindahkan ke-atas dan ke-bawah dengan oktaf yang berbeda pada fingerboard. Maksud dari kata ‘diseragamkan’ ini bukan berarti semua senar gitar dibuat dengan nada yang sama, namun salah satu contohnya yakni senar urutan 6-5-4 nadanya dibuat persis dengan senar 3-2-1.

Contoh Reguler Tunings:





SPECIAL TUNINGS

Sesuai dengan nama jenis penyetemannya, special tuning diciptakan dan dipopulerkan oleh berbagai composer dalam memainkan lagunya. Penyeteman ini sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan lagu

Contoh Special Tunings: 

Drop D = D(6) – A(5) – D(4) – G(3) – B(2) – E(1)

Unusual Tuning ini yang paling populer di kalangan gitaris. Penyetemannya hanya berubah di senar 6. Biasanya Drop D tuning digunakan untuk lagu yang bermain di tangga nada D. Agustin Barrios, the Beatles, Pete Seeger, John Denver, James Taylor, Happy Traum, dan Jorma Kaukonen telah menerapkan unsual tuning ini pada karya mereka

Admiral = C – G – D – G – B – C (Michael Hedged pada lagunya, Admiral Ricovers’s Dream)

Buzzard = C – F – C – G – A# – F (Will Ackerman pada lagunya, The Buzzard)

Face = C – G – D – G – A – D (Michael Hedged pada lagunya, Face Yourself)

Four & Twenty = D – A – D – D – A – D (Crosby, Stills, Nash dan Young pada lagunya, Four and Twenty and Suite: Judy Blue Eyes)

Hot Type = A – B – E – F# – A – D (Michael Hedged pada lagunya, Hot Type)

Layover = D – A – C – G – C – E (Michael Hedged pada lagunya, Layover)

Magic Farmer = C – F – C – G – A – E (Michael Hedged pada lagunya, Magic Farmer)

Pelican = D – A – D – E – A – D (John Renbourn pada lagunya, Pelican)

Processional = D – G – D – F – A – A# (Will Ackerman pada lagunya, Processional)

Spirit = C# – A – C# – G# – A – E (Will Ackerman pada lagunya, Impending Death of the Virgin Spirit)

Tarboulton = C – A# – C – F – A# – F (John Renbourn pada lagunya, Tarbloulton)

Toulouse = E – C – D – F – A – D (The Doobie Brothers pada lagunya, Toulouse Street)

Triqueen = D – G – D – F# – A – B (Will Ackerman pada lagunya, Pink Chiffon Tricycle Queen)

 

Jumat, 09 April 2021

Kuasai 4 Kemampuan ini untuk Menjadi Produser Musik "Kamar" Berkualitas

  

Les FL Studio Kursus FL Studio Belajar FL Studio Kursus Mixing Mastering

Sebagai pecinta musik siapa yang tak ingin memiliki karya sendiri, merekamnya secara profesional, mempublikasikannya, dikenal banyak orang, bahkan bisa menghasilkan uang dengan karya-karya yang telah dibuat. Banyak yang mengira bahwa produksi musik hanya bisa dilakukan di studio profesional, namun dengan kemajuan teknologi saat ini, kita justru dimudahkan untuk merancang musik kita dari kamar dengan gadget yang kita miliki. Pandangan ini tidak hanya sebagai isapan jempol belaka karena sudah banyak produser musik yang berangkat dari kamar untuk menciptakan karya besarnya. Lalu apa saja kemampuan yang perlu dipelajari untuk menjadi produser musik "kamar"? Tim Fisella memberikan tips 4 kemampuan yang wajib kalian kuasai untuk menjadi produser musik kamar yang berkualitas

Rabu, 07 April 2021

Mengapa E-A-D-G-B-E menjadi “Standard Tuning” gitar?



Saat memainkan gitar sangat perlu untuk kita memastikan bahwa semua bunyi yang dikeluarkan dari senar tidak fals. Hal ini bertujuan untuk membuat suara yang keluar dari senar gitar tentu saja enak di dengar dan harmonis.

Saat menyetem senar gitar, seperti yang kita ketahui bahwa standard tuning dari senar gitar yakni dari nada rendah (senar yang paling dekat dengan wajah kita) ke nada yang tertinggi (senar yang paling dekat dengan kaki kita) adalah E(6) – A(5) – D(4) – G(3) – B(2) – E(1)

pic: https://spinditty.com/instruments-gear/how-to-tune-a-guitar-with-a-tuner

Namu pernahkah terlintas di benak teman-teman,

Mengapa standard tuning dari senar gitar bisa seperti diatas? Mari kita simak bersama!

Senar gitar di ‘stem’ dengan standard tuning E-A-D-G-B-E tentu saja memiliki tujuan agar memudahkan jari kita dalam bermain akor, bermain tangga nada, dan meminimalisir perpindahan jari di tangan kiri.

Berdasarkan sejarah revolusi gitar pada abad ke-15, senar gitar baru berjumlah 5 dengan masing-masing bersenar ganda atau Five Courses  dengan penyeteman:

AA(5) – DD(4) – GG(3) – BB(2) – EE(1)

Dengan berevolusinya gitar, senar menjadi tunggal dan ditambahkan jumlahnya yakni senar  6 dengan nada E untuk melanjutkan interval Perfect Fourth pada nada A.

Sebelumnya sadarkah teman-teman dengan jarak nada pada setiap senar memiliki interval Perfect Fouth (P4) dan Major Third (M3) ? 

pic: Instagram @mayorgitarbro

Setiap alat musik yang berdawai mempunyai jarak interval Perfect Fourth (P4) dan Perfect Fifth (P5). Alat musik seperti violin (biola), viola (biola alto), cello, dan contrabass memiliki jarak interval P5, namun mengapa hanya gitar yang menerapkan jarak Interval P4? Dilansir dalam artikel Fender Seorang gitaris asal Amerika, Richard Lloyd memberikan alasan yang sangat baik pada hal ini.

“The guitar is a larger-scaled instrument which is played sitting in one’s lap. With the guitar sitting in the lap and the neck diagonal to the player, the bend in the wrist starts to make it more difficult to spread out the fingers. So our next best choice for tuning any larger scaled multi-stringed instrument is going to be to tune in fourths, which are a little closer together”

(“Gitar adalah alat musik yang berukuran cukup besar untuk dimainkan sambil duduk di satu pangkuan. Dengan gitar yang berada di pangkuan dan posisi leher gitar yang diagonal pada pemain, tekukan pada pergelangan tangan membuat kita lebih sulit untuk merentangkan jari. Jadi pilihan terbaik untuk penyeteman gitar dibuat dengan jarak interval P4 yang sedikit lebih dekat”)

Menanggapi hal diatas, meskipun instrument seperti cello dan contrabass ukurannya lebih besar daripada gitar, namun posisi leher instrument cello dan contrabass saat dimainkan itu vertikal sama seperti pergelangan tangan yang memainkannya. Dengan posisi seperti itu tentu saja jarak interval P5 lebih memungkinkan untuk di mainkan pada cello dan contrabass daripada di gitar.

Interval P4 merupakan interval yang memudahkan jari kita untuk memainkan akor dan tangga nada pada gitar. Dimana dengan menggunakan interval ini, ke-empat jari kita di tangan kiri yakni dari jari telunjuk sampai jari kelingking akan memudahkan kita memainkan dan menggapai semua nada kromatis pada tiap fret (nada kromartis yakni nada yang naik setengah contoh F ke Fis). Sehingga saat jari sudah menekan senar 6 pada tiap fret (fret 1 sampai fret 4) langkah untuk melanjutkan nada kromatis berikutnya adalah tinggal memetik senar 5 dengan posisi open string (senar terbuka atau tidak di tekan) dimana merupakan satu hal yang mempermudah kita memainkan tangga nada kromatis  

Namun ada yang mengganjal pada interval senar gitar yang mungkin memunculkan pertanyaan..

Mengapa Interval pada senar gitar semuanya tidak dibuat dengan Perfect Fourth (P4)? Mengapa ada interval Major Third (M3) pada senar gitar?

Interval M3 ini dibuat tentu saja dengan alasan yang baik untuk posisi jari kita. Sebagai contoh, jika semua interval pada senar gitar dibuat P4, maka tentu saja nada pada tiap senar akan menjadi:

E(6) – A(5) – D(4) – G(3) C(2) – F(1)

Jika kita memperhatikan dengan detail, kita akan mendapatkan interval minor second (m2) pada nada terendah yakni E(6) dan nada tertinggi F(1). Bunyi yang dihasilkan oleh interval m2 akan menghasilkan bunyi yang ‘awkward’ atau agak aneh kedengarannya.

Selain itu, saat memainkan teknik Barre tanpa disengaja kita akan membuat banyak pergerakan interval m2 dan satu satunya hal yang dilakukan untuk menghindari interval tersebut yaitu dengan mencari posisi yang tentu saja akan membuat banyak pergerakan yang lebih besar dan menyusahkan. Itulah mengapa interval M3 sangat dibutuhkan dan tentu saja memiliki manfaatnya yang sangat besar pada jari-jari kita.

Nah bagaimana teman – teman dengan penjelasan diatas? Semoga artikel ini menjawab pertanyaan teman – teman mengenai standard tuning pada gitar.